PROFIL KELURAHAN SISIR KOTA BATU

GAMBARAN UMUM WILAYAH
1. Keadaan Umum
       Kelurahan Sisir terletak di pusat Kota Batu dengan corak masyarakat perkotaan yang heterogen, mata pencaharian pokok perdadangan dan jasa. Dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi dan jumlah penduduk yang besar, serta sikap individual masyarakatnya lebih menonjol. Sebagai ‘etalase’ Kota Batu dengan sebutan Kota Wisata, banyak fasilitas Pemerintah dibangun di Kelurahan Sisir, Stadion Gelora Brantas, Gedung Serbaguna Ganesha, Pertokoan dan Alun-Alun, dengan topografi yang relative datar sehingga sebagian besar lahan telah dipakai sebagai pemukiman.
          Secara geografis, batas wilayah Kelurahan Sisir, sebagai berikut;
Sebelah Utara       : Desa Sidomulyo dan Desa Pandanrejo
Sebelah Selatan    : Kelurahan Temas dan Desa Oro Oro Ombo
Sebelah Timur      : Desa Pandanrejo dan Kelurahan Temas
Sebelah Barat       : Kelurahan Ngaglik
Kelurahan Sisir termasuk dalam BWK I Kota Batu. Kelurahan Sisir memiliki 13 RW dan 82 RT dengan luas wilayah Kelurahan Sisir adalah 345,67 Hektar, dengan persebaran dan batas batas seperti yang ditunjukkan pada peta di bawah ini.

Peta Administrasi Kelurahan Sisir
Hampir semua aliran air sungai dari sebelah Barat dan Utara melewati sungai – sungai yang berada di wilayah Kelurahan Sisir, selain sebagai potensi hal ini juga menjadi ancaman tersendiri dengan tidak berfungsinya jaringan tertier dan sekunder dan dibeberapa titik terjadi penyempitan dan pendangkalan jaringan primer.
Dengan mobilitas tinggi, ditunjang sarana dan prasarana transportasi yang mumpuni dan relative murah, mendorong juga mobilitas penduduk, baik datang ataupun pergi (tingginya angka migrasi). Jarak dengan Pusat Pemerintahan relative dekat dan mudah dijangkau (0.8 Km Ke Kecamatan Batu, 1.5 Km Ke Pemerintah Kota Batu, 75 Km ke Pemerintah Propinsi).
Dengan mudahnya akses, fasilitas, sarana prasarana yang mendukung, Kelurahan Sisir juga sangat diminati sebagai tujuan investasi. Namun investasi yang banyak mengarah kepada produk jasa dan pelayanan dan bukan invetasi yang padat karya, serta belum terciptanya koordinasi yang baik antara pengusaha, Pemerintah Kota Batu dan Pemerintah Kelurahan Sisir membuat warga Kelurahan Sisir selalu tertinggal dan tersisihkan dalam kesempatan memperoleh pekerjaan diwilayahnya.

2. Sejarah Kelurahan Sisir
2.1 Asal Usul
Ada banyak versi tentang asal muasal Kelurahan Sisir, namun yang sering beredar dimasyarakat dan masih menjadi cerita serta diyakini adalah sebagai berikut
Adalah hutan belantara yang banyak ditumbuhi tanaman Putri Malu / Kumis Kucing, dengan duri – duri ( yang disebut ri-sisir /Duri Sisir ), yang pada hari Jum’at legi di bulan Rajab, tahun 1826  datanglah salah seorang prajurit pangeran Diponegoro bernama Suryo Kusumo, di ikuti oleh orang-orang yang mengungsi saat Perang Diponegoro, yaitu orang-orang dari Blambangan/Banyuwangi dan orang-orang dari Pulau Madura, membuka hutan tersebut supaya bisa didiami, sebuah pilihan yang bijak dan baik karena daerah tersebut berada di pinggiran Kali Brantas sehingga kebutuhan utama, kebutuhan air sangatlah tersedia baik sebagai air minum, maupun air untuk pertanian. Orang Blambangan/Banyuwangi, orang pesisir laut timur tinggal di sebuah daerah yang disebut Sisir, sedang anak cucu Cakraningrat, orang dari Madura tinggal didaerah yang kemudian disebut Meduran.
Daerah ini adalah daerah yang subur, dan bila bercocok tanam akan tumbuh dengan hasil yang sangat baik, maka banyaklah orang datang, dan seiring waktu daerah inipun berkembang dan menjadi ramai, dan sebagai daerah tentulah diperlukan ‘pimpinan’.
Pada hari Senin Pon bulan  Jumadil Awal( versi lain menyebut bulan Jumadil Akhir) tahun tidak jelas disebut hanya diperkirakan tiga sampai lima tahun setelah kedatangan beliau, Suryo Kusumo diangkat menjadi pimpinan dengan sebutan ARIS (pangkat setingkat Kepala Desa), yang kemudian secara turun temurun anak cucunya kelak juga menjadi Aris, sebutlah;
1.    Wiryo Kusumo;
2.    Cokro Kusumo;
3.    Noyotrono;
4.    Wongsojiat; munculnya sebutan Petinggi
5.    Tahar Atmoutomo;dan
6.    Sutopo Atmoutomo; ( desa berubah kelurahan )
Peninggalan / petilasan dari kerabat Suryo Kusumo atau sering dipanggil mBah Banter banyak terdapat di Kelurahan Sisir, yang dengan upaya konservatif kuno disebut Punden berupa makam /kuburan dengan pohon beringin yang besar, seperti ;
Ø  mBah Jambirono di daerah Torong yang ada mata airnya,
Ø  mBah Karsinah di Kaliputih’
Ø  mBah Sulastri didaerah Meduran, berupa makam dan pohon beringin tua.
Ø  mBah Suryo Kusumo / mBah Banter, di tengah makam umum Kelurahan Sisir yang ditandai dengan makam dengan ukuran yang panjang dan pohon LUH besar.
2.2  Sejarah Singkat
          Kelurahan Sisir diawali dari sekitar tahun 1978 yang pada saat itu Lurah pertama Sisir adalah bapak SOETOPO ATMOUTOMO yang merupakan putra dari Petinggi pada masa Sisir masih berbentuk atau berupa pemerintah Desa yang mulai tahun 1947-1978 diperintah oleh kepala Desa yang bernama Bapak MUDJIAH ATMOUTOMO. Pada awalnya Kelurahan Sisir merupakan bagian dari Kecamatan Batu Kabupaten Malang yang tergabung dalam daerah Kawedanan Batu yang meliputi Batu, Pujon Ngantang dan Kasembon. Semenjak tahun 1997 ketika Kota Batu mulai membentuk sebagai Kota Administratif dan akhirnya pada tahun 2002 terbentuk sebagai Kota Batu dengan tiga kecamatan yaitu Junrejo Batu dan Bumiaji,  dan kelurahan sisir masuk sebagai salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Batu.
          Dahulunya Desa Sisir terbagi atas tiga dusun yaitu MEDURAN, KRAJAN dan KALISARI. Dan pada perkembangannya Desa Sisir berubah menjadi Kelurahan siisr pada tahun 1980 sehingga dusun yang ada berubah nama menjadi Lingkungan yang masing masing terbagi menjadi beberapa RW dan RT yaitu :
NO
NAMA LINGKUNGAN
PAPARAN WILAYAH
1
MEDURAN
RW 1, RW 2, RW 3, RW 13
2
KRAJAN
RW 4, RW 5, RW 6, RW 9, RW 10
3
KALISARI
RW 7, RW8,  RW 11, RW 12
         
Dari pembagian wilayah yang dan tersebut maka pada saat ini tercetuslah ide pembuatan simbol kelurahan Sisir yang di cetuskan Oleh LURAH ke 13 yaitu bapak DIAN FACHRONI KURNIAWAN, SE, MSE, MA. Ide tersebut dicetuskan dalam satu Simbol yang diberi nama “SISIR GEMILANG

Logo ini memiki filosofi : EKA KARSA HAMBANGUN PRAJA yang masing dari bentuk serta artinya adalah:
·        Bentuk lingkaran atau bola
- Adalah bentuk kesatuan dan persatuan, kesatuan tekad , kesatuan gerak,
  dan langkah
- Persatuan elemen masyarakat dari berbagai pihak
   
Demikian kami berikan juga data mengenai sejarah Kepala Desa sampai Lurah yang sekarang ini :
No
N  A  M  A
MASA JABATAN
KETERANGAN
1
MUDJIAH ATMOUTOMO
1947-1978
2
LEGIMIN
1982 – 1983
1 Tahun
3
SOETOPO ATMOUTOMO
1983 – 1984
1 Tahun
4
SAMAT
1984 – 1985
1 Tahun
5
ABD SAFIK
1985 – 1990
4 Tahun
6
SUNARTO
1990 – 1992
2 Tahun
7
SOERONO
1992 – 1999
7 Tahun
8
Drs. SUSETYO HERAWAN, Msi
1999 – 2001
2 Tahun
9
Drs. ABDILLAH ALKAF
2001 – 2002
1 Tahun
10
H. SUYITNO, SAH, MM
2002 – 2003
1 Tahun
11
Drs. ARIEF AS SIDDIQ
2003 – 2009
6 Tahun
12
FAUZI, S.Sos
2009 – 2011
2 Tahun
13
SUMADJI
2011 – 2013
3 Tahun
13
MUHAMMAD RIZAL FIRDAUS RASTIKO,SIP
2013 - 2014
1 Tahun
13
DIAN FACHRONI KURNIAWAN, SE, MSE, MA
2014 - 2018
4 Tahun
14
SASONGKO FITRA ADITAMA, S.IP,MH
2018- sekarang


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LATAR BELAKANG

INNOVASI